Peresmian IGD RSUD Meuraxa

Banda Aceh – Wali Kota Banda Aceh Hj Illiza Saaduddin Djamal SE meresmikan gedung baru Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Meuraxa yang terletak di Gampong Mibo, Kecamatan Banda Raya, Banda Aceh, Selasa (10/2/ 2015).

Dengan adanya gedung baru ini, wali kota berharap pihak rumah sakit pemerintah tipe B ini bisa terus meningkatkan kualitas pelayanannya. “Kualitas yang bisa dinikmati oleh siapa saja yang datang. Teruslah tebarkan senyum, selelah apapun kita, karena senyum termasuk sedekah juga,” katanya.

Wali Kota Illiza menyebutkan sejatinya para pasien yang datang berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan Allah SWT yang menyembuhkannya. “Tenaga medis cuma perantara, bahkan bisa jadi mereka sembuh bukan karena obat, tetapi karena pelayanan yang baik dari dokter maupun perawat,” katanya.

Illiza juga menekankan pentingnya memberi pemahaman kepada pasien bahwa sakit itu adalah rahmat dari Allah. “Orang-orang yang sakit imannya naik turun dan sering lalai dalam beribadah. Ini menjadi salah satu tugas paramedis untuk menyadarkan mereka. Hidup adalah ujian, baik di kala senang atau sedih maupun sehat atau sakit.”

Pada kesempatan itu, Illiza juga mengapreasi Direktur RSUD Meuraxa beserta segenap jajarannya, terkait pembenahan lingkungan rumah sakit sehingga tertata dengan rapi seperti saat ini.
Baca pos ini lebih lanjut

Pemko Banda Aceh Terima Hibah Rusunawa Dari Kementerian PU

rusunawa keudahBanda Aceh – Pemerintah Kota Banda Aceh menerima hibah Barang Milik Negara (BMN) berupa Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) dari Kementerian PU. Proses penandatangan naskah perjanjian hibah dan berita acara serah terima BMN ini ditandangani langsung oleh Plh Walikota Banda Aceh, Hj Illiza Sa’aduddin Djamal SE bersama dengan Sekretaris Jenderal Kementerian PU Ir Agoes Wijanarko M Ip, Selasa (25/3/14) di Ruang Auditorium Lantai 17, Gedung Kemeterian PU, Jalan Pattimura, Nomor 20, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Illiza yang dihubungi melalui telepon selulernya membenarkan proses hibah Rusunawa Keudah dari Kementerian PU tersebut. Katanya, Rusunawa yang dibangun pada tahun 2009 di Gampong Keudah, Kecamatan Kutaraja, tersebut merupakan buah kerjasama Pemerintah Kota Banda Aceh dengan Pemerintah Pusat melalui Kementerian PU, Kementerian Keuangan, Sekretariat Negara dan BKPK. Baca pos ini lebih lanjut

Peresmian Pasar Atjeh II

pasaraceh2Banda Aceh – Menteri Perdagangan Indonesia Gita Wirjawan bertandang ke Banda Aceh untuk meresmikan Pasar Aceh (seluas 36.000 m2) di Jalan Diponegoro, Selasa sore(16/7/2013). Dalam peresmian tersebut, Gita mengaku Pasar Aceh begitu mewah sebagai pasar tradisional. Bahkan baginya Pasar Aceh merupakan pasar tradisional termewah selama dia meresmikan sejumlah pasar di daerah lainnya di Indonesia, karena bentuk dan desain serta model pasarnya yang cukup bagus. Ia juga mengingatkan tentang penataan kebersihan lingkungan yang harus dijaga.  “Penghijauannya harus lebih banyak supaya kondisi pasarnya kelihatan tetap sejuk. Dia berharap pasar tersebut benar-benar bisa menunjang pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Selanjutnya, Mendag meminta kepada para wali kota dan bupati untuk mengawasi secara ketat pembukaan mini market. Pemberian izin pembukaan mini market yang terlalu banyak, dikatakannya bisa mematikan toko-toko dan kedai-kedai kelontong yang dibuka masyarakat secara tradisional. “Mereka  perlu kita lindungi, agar bisa tetap hidup,” ujarnya. Baca pos ini lebih lanjut

Kapal di Atas Rumah Lampulo

Kapal diatas RumahSalah satu objek wisata yang paling terkenal di Lampulo, Kec. Kuta Alam Kota Banda Aceh  adalah kapal di atas rumah. Objek wisata itu merupakan saksi bisu sejarah bencana alam gempa dan tsunami 26 Desember 2004.

Menurut cerita, saat itu Hasru Yulian bersama Saiful Bahri selaku pengurus kapal sedang bersiap siap untuk pada hari Minggu 26 Desember 2004 untuk menurunkan kapal kembali ke sungai setelah dilakukan perbaikan.

Zulfikar, selaku pemilik kapal setelah menerima laporan dari adik iparnya sekaligus pengurus kapal mengarahkan kapalnya untuk dibawa ke Lhoknga untuk diisi pukat. Baca pos ini lebih lanjut

Banda Aceh Kota Pusaka

Komplek Masjid Raya Baiturrahman(09/11/2012). Dalam peringatan Haritaru 2012 di Jakarta(08/11/2012), Kota Banda Aceh bersama sembilan kota lainnya disematkan Icon Kota Pusaka, karena komitmen terhadap penataan dan pelestarian Kota Pusaka (SERAMBI/HARI TEGUH PATRIA)

Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menetapkan Kota Banda Aceh sebagai satu dari 10 Kota Pusaka di Indonesia. Penyematan Kota Pusaka itu dilakukan Wakil Menteri PU, Achmad Hermanto Dardak, pada Sarasehan dan Penandatanganan Kesepakatan Kota Hijau dan Kota Pusaka untuk Wujudkan Pembangunan Berkelanjutan, di Jakarta, Kamis (8/11/2012).

Ke 10 kabupaten/kota yang ditetapkan sebagai pilot project Kota Pusaka Indonesia yaitu, Banda Aceh (Aceh), Banjarmasin (Kalimantan Selatan), Bau Bau (Sulawesi Tenggara), Karangasem (Bali), Denpasar (Bali), Yogyakarta (DIY), Semarang (Jawa Tengah), Bogor (Jawa Barat), Palembang (Sumatera Selatan), dan Sawahlunto (Sumatera Barat).

Para pimpinan 10 kabupaten/kota tersebut, Kamis (8/11) berkumpul di Kementerian PU untuk menandatangani Piagam Komitmen Kota Pusaka untuk menjalankan Rencana Aksi Kota Pusaka. Kesepuluh kota ini akan dipersiapkan untuk menjadi World Heritage City (Kota Warisan Dunia) dan akan mendapat fasilitasi untuk inventarisasi dan dokumentasi aset pusaka. Baca pos ini lebih lanjut

Jembatan-jembatan di Banda Aceh

Jembatan Fly Over Pango

Pada tanggal 30  Januari 2012 Kota Banda Aceh menerima piagam penghargaan atas prestasi meraih Juara II nasional bidang penyelenggaraan jalan dan jembatan tingkat kota, diserahkan oleh Direktur Bina Pelaksana Wilayah I Dirjen Bina Marga Kementerian PU, DR Asep Sudrajad kepada Walikota Banda Aceh, Mawardy Nurdin di ruang Rapat Wali Kota, Banda Aceh.

Adapun kriteria penilaian program Kementerian PU itu, mulai dari administrasi perencanaan pembangunan, perawatan, dan pemeliharaan. Misalnya, jalan perkotaan tak sempat rusak, tapi selalu diperbaiki. Lampu jalan dan jembatan berfungsi dan tertata rapi. Baca pos ini lebih lanjut

Pelabuhan Ulee Lheue

Pelabuhan Ulee Lheue selama ini dikenal sebagai satu-satunya pelabuhan yang ada di Kota Banda Aceh. Luas area Pelabuhan Ferry Ulee Lheue yaitu ± 8 Ha dengan pembagian lahan untuk terminal penumpang sebagai bangunan utama, lahan parkir, dermaga kapal cepat, dermaga kapal lambat (ferry), kolam pelabuhan, dan lain-lain.

Setelah bencana tsunami pada tahun 2004, kondisi Pelabuhan Ulee Lheue sangat memprihatinkan karena tak satupun bangunan fasilitas darat yang tersisa. Padahal saat itu pelabuhan ini juga sedang dalam tahap pembangunan beberapa gedung baru. Baca pos ini lebih lanjut

Ex Gedung Kantor Telepon ‘Koetaradja”

Gedung bekas kantor telepon Belanda di Banda Aceh. Foto: Raihan Lubis (Juli 2012)

Tepat di putaran pangkal jalan Teuku Umar, Banda Aceh, berdiri tegak sebuah bangunan bergaya Eropa. Gedung putih berbentuk segi delapan yang dicat putih ini, dulunya merupakan komplek kantor telepon milik Belanda. Kini, bangunan yang diteduhi oleh pohon trembesi itu, dijadikan kantor Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), Aceh.

 Penemuan telepon oleh Antonio Meucci pada tahun 1871 -yang kemudian diklaim oleh Alexander Graham Bell sekitar tahun 1876- sangat membantu Belanda melakukan komunikasi dan konsolidasi di wilayah yang dijajah dan didudukinya.

Tak terkecuali di Koetaradja -nama Banda Aceh masa itu. Koetaradja menjadi pusat pemerintahan Belanda dalam melakukan perang melawan Aceh. Seiring dengan kemajuan teknologi, Belanda yang pada awalnya menggunakan telegraf untuk komunikasi jarak jauhnya, akhirnya juga menggunakan telepon.

Kantor telepon Koetaradja ini disebut Belanda sebagai kantor cabang Kraton. Maklumlah, bangunan berlantai dua ini dibangun di bekas kawasan Kraton Kerajaan Aceh. Dari kantor ini, beberapa daerah di Aceh dapat dihubungi seperti Meulaboh, Lamno, Bireuen, Idi, Ulee Lhue, Kuala Simpang, Langsa, Lhokseumawe, Sabang, Sigli, dan Takengon. Sementara itu, Belanda juga memiliki kantor cabang di Seulimum, Lhoksukon, dan Perlak.  Baca pos ini lebih lanjut

TPA Gampong Jawa Banda Aceh

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah untuk Kota  Banda Aceh terletak di Gampong Jawa Kecamatan Kutaraja. TPA ini memiliki luas sekitar 20 hektar, dan yang terpakai baru  9 Ha dan dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota (DK3) Banda Aceh.

Lokasi ini memiliki fasilitas TPA terpadu (lengkap dengan pemilahan sampah dan sanitary landfill-nya), Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) dan fasilitas bengkel. TPA Gampong Jawa terbagi dalam 3 blok.

Baca pos ini lebih lanjut

Culinary Rex Peunayong

Rex Peunayong adalah sebuah kawasan terbuka dan telah menjadi sebuah tempat yang sangat strategis dan ramai dikunjungi oleh masyarakat Aceh dan pengunjung lainnya untuk menikmati suasana malam di Banda Aceh, sekaligus menikmati berbagai makanan khas Aceh, pertokoan dan penginapan.

Berbagai makanan hangat juga tersedia di Rex Peunayong dari mie Aceh, kerang rebus, sate padang, nasi goreng, ayam goreng gulai kambing, nasi briyani, sate matang (sate sapi dipadu kuah soto) sampai kepada martabak Aceh. Rex Peunayong juga menyediakan berbagai minuman, dari kopi Aceh, teh, jus buah-buahan segar sampai kepada minuman tradisional untuk kesehatan, sekaligus menghangatkan tubuh, seperti bandrek susu dan minuman herbal (jamu) lainnya. Baca pos ini lebih lanjut